STTRI berkomitmen untuk melatih dan melayani tiap mahasiswa untuk menjadi terampil menghidupi Injil, membagikan Injil, dan menghadirkan Injil Tuhan Yesus Kristus dengan standar akademis yang baik di Indonesia. Kurikulum integratif, dosen2 berkualitas, layanan konseling pribadi, dan support system disediakan di dalam komunitas murid Kristus untuk memastikan tiap mahasiswa dilatih untuk bisa bertumbuh di dalam Kristus dng holistik dan baik.
Program Studi: > Sarjana Teologi (S.Th.) > Magister Teologi (M.Th.) dengan pilihan konsentrasi: - Konseling - Teologi Praktika (Pemuridan) - Teologi Integratif (Biblika, Sistematika, Historika, dan Filsafat) - Teologi Ibadah dan Pelayanan Gerejawi
Ujian Saringan Masuk (Gelombang 1) • 16 Desember 2024| Kelengkapan Dokumen • 6-7 Januari 2025 | Ujian Saringan Online • 13-14 Januari 2025 | Wawancara Online Pengumuman Hasil USM: 15 Januari 2024
Ujian Saringan Masuk (Gelombang 2) • 5 Mei 2024 | Kelengkapan Dokumen • 12-13 Mei 2025 | Ujian Saringan Online • 13-14 Januari 2025 | Wawancara Online
Ujian Saringan Masuk (Gelombang3) • 1 Juli 2025 | Kelengkapan Dokumen • 7-8 Juli 2025 | Ujian Saringan Online • 14-15 Juli 2025 | Wawancara Online
Kabar baik... Buku ini sudah bisa dipesan kembali! - 🥇 BEST SELLER OF 2020 🥇
Mengalami Kemenangan Iman: Integrasi Teologi & Psikologi Oleh: Yakub B. Susabda
Kegagalan mempertemukan kebenaran firman Allah dengan realitas psikologis dalam jiwa manusia telah menjadi masalah dalam sejarah kekristenan. Orang Kristen tidak selalu menyadari bahwa dalam setiap manifestasi diri, mereka juga memanifestasikan disintegrasi diri. Tanpa pengenalan diri, tidak ada pengenalan akan Allah. Kebenaran ini sulit dipahami, sehingga pertumbuhan iman Kristen sering kali terkendala dan kita semua bergerak tanpa kejelasan arah. Integrasi antara teologi dan psikologi adalah masalah utama kehidupan kristiani, yaitu bagaimana orang percaya mengalami ”the truth that set them free” (Jn. 8:32). Bagaimanakah teologi dapat integrate, mengubah, dan memperbarui realitas kehidupan psikologis orang percaya? Buku ini mencoba mengeksplorasi ”Integrasi Teologi dan Psikologi” dengan tujuan menerangi pengenalan diri, mengenali kepribadian, dan membawa perubahan.
Buku yang telah dicetak ulang dan menjadi best seller di akhir tahun 2020 ini akan menolong pembaca keluar dari zona nyaman dan menantangnya untuk tidak lagi mencari jawaban yang dangkal! Gali dan temukan lebih dalam buku Mengalami Kemenangan Iman: Integrasi Teologi & Psikologi dengan membaca serta menyaksikan pembahasannya melalui link YouTube berikut ini:
Harga Per Buku: Rp150.000,- Informasi dan pemesanan hubungi WhatsApp Literatur Perkantas Nasional: 081291508616
Katekisasi Ibadah EDISI 2 (Warna Sampul Buku Putih)
Syalom Sdr/i di dalam Kristus, Seluruh pergumulan kita sebagai masyarakat Kristen dan manusia pada umumnya belum berakhir karena masih dalam pandemi. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam Kebaktian juga menghadapi berbagai tantangan. Kita TIDAK BISA terus berasumsi bahwa orang Kristen pasti mampu menyembah Allah Tritunggal di tengah masa seperti ini. KATEKISASI IBADAH dapat memberkati sdr/i sebagai gereja Indonesia karena di dalamnya terdapat Tanya-Jawab seputar peribadahan yang disusun dengan kerangka Reflektif-Integratif-Aplikatif. Sekaranglah saatnya kita, komunitas murid Kristus, sungguh-sungguh mengintegrasikan segala pengetahuan rohani kita dengan apa yang kita lakukan ketika beribadah (baik virtual, hybrid, onsite, live streaming atau recording).
No. WA: 0812 1228 2020 Copy form order ini dan kirim ke nomor WA tsb. FORM ORDER "KATEKISASI IBADAH" Nama: No HP: Alamat: Kode pos: Jumlah buku:
Sebuah Inisiatif Baru dari STT Reformed Indonesia Coram Deo Worship Center & Studies (Pusat Pendalaman dan Pengembangan Pelayanan Ibadah Coram Deo)
Coram Deo Worship Center & Studies (Pusat Pendalaman dan Pengembangan Pelayanan Ibadah Coram Deo) adalah sebuah INISIATIF BARU dari STT Reformed Indonesia sebagai wujud pengabdian bagi masyarakat Kristiani.
Coram Deo artinya adalah before the presence [face] of God. Melaluinya, kami menghayati bahwa penyembahan mencakup seluruh aspek hidup, sebab tidak ada yang tersembunyi dari TUHAN Allah. Variasi orang-orang dengan berbagai gestur adalah cermin keragaman yang disatukan oleh salib dan api Roh Kudus yang menguduskan dengan Firman. Kumpulan orang tsb membentuk seperti mata untuk mempertegas bahwa ibadah terjadi dibawah hadirat Allah Tritunggal.
Pelayanan kami mencakup 3 aspek yaitu:
1.Seminar Lokakarya "PIETA" (Pendalaman Ibadah: Esensi Transformasi Gereja). Semiloka ini dimaksudkan untuk memperlengkapi Komunitas Kristen yang rindu mendalami esensi penyembahan Kristen. Pengalaman ibadah tanpa pendalaman adalah fenomena yang temporal.
2.Worship 360°. Worship 360° diadakan untuk membagikan sumber-sumber pendalaman dan pengayaan ibadah dari berbagai sudut pandang melalui sosial media.
3.Konsultasi Pelayanan Ibadah. Conversation & Cross-Consultation on Worship Ministry adalah salah satu bentuk pelayanan yang ketiga yaitu melayani gereja untuk dialog, diskusi dan tukar pikir seputar pelayanan ibadah.
"Arsitek Ibadah" diterbitkan oleh Schola Reformata (STTRI) bersama Literatur Perkantas. Dapatkan di STTRI dengan harga spesial 1-5 buku dengan diskon 10% (Rp. 135.000). 6 buku dan lebih dengan diskon 20% (Rp. 120.000) Tidak termasuk ongkos kirim.
Prosedur Pemesanan: - Hubungi sdri. Ika via telepon (+62217982819, +62217990357) atau WA (+62-877-5577-3580) untuk total harga dan ongkos kirim. - Transfer total harga dan ongkos kirim ke: CIMB Niaga (Cabang Kemang) Acc. no. 8000.733.29000 a/n Yayasan Lembaga Reformed Indonesia. - Kirim bukti transfer via WA +62-877-5577-3580), fax (+62217987437), atau email (administrasi1@reformedindonesia.ac.id). - Pesanan Anda akan dikirim segera.
Magister Teologi (M.TH.) Ibadah & Pelayanan Gereja
"Allah Bapa mencari penyembah-penyembah benar, yang harus dimulai dari para hambaNya!"
Program studi M.Th. Ibadah & Pelayanan Gereja ini diadakan untuk mendidik dan membentuk hamba Tuhan menjadi penyembah sejati dengan pola pikir integratif yang nantinya akan menjadi pelatih jemaat untuk menjadi penyembah sejati pula. Kurangnya pola pikir integratif dalam penyembahan (teologi ibadah) menyebabkan pelayanan ibadah dalam gereja yang dilayaninya tidak integratif dan ibadah Minggu menjadi sekadar ritual.
Keunikan Program Studi M.Th. Ibadah & Pelayanan Gereja: • Teologi ibadah yang bertanggung jawab dan menjunjung tinggi semangat Reformed Injili. • Survei kekayaan historis dan warisan budaya ibadah yang menyingkapkan bagaimana teologi ibadah diterapkan dan memberi masukan berarti bagi gereja masa kini dalam menghadapi isu-isu kontemporer dan budaya. • Konsentrasi studi bukan pada keterampilan musik (dan tidak sama dengan program studi dengan konsentrasi pada Musik Gerejawi), tetapi pada ekspresi ibadah yang memperhatikan aspek artistik dan kreatif dengan kerangka biblis dan historis. • Seluruh komponen studi diaplikasikan dalam pelayanan gerejawi yang mengintegrasikan antara penyembahan dengan penggembalaan, pemuridan, dan penginjilan.
Biaya studi (per bulan): - Tinggal di Asrama: Rp. 1.500.000,- (sudah termasuk Biaya Kuliah, Fasilitas & Asrama) - Tidak Tinggal di Asrama: Rp.60.000,-/SKS (Biaya Kuliah) + Rp.100.000,- (Biaya Fasilitas); atau maksimum: Rp.900.000,-
Jumlah SKS Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan: - S1 Umum: 104 SKS + 6 SKS Tesis + 6 SKS Praktik - S.Th.: 49 SKS + 6 SKS Tesis - M.Div.: 38 SKS + 6 SKS Tesis
Beberapa Mata kuliah Spesialisasi M.Th. Ibadah & Pelayanan Gereja: 1. Sejarah Ibadah Patristik-Pertengahan 2. Teologi & Sejarah Ibadah Reformed 3. Creative Scripture Reading 4. Dinamika Nyanyian Jemaat 5. Ibadah Multisensori 6. Integrasi Ibadah & Pemuridan 7. Integrasi Ibadah & Misi 8. Integrasi Ibadah & Penggembalaan Dan lain-lain
Atau hubungi: Sdri. Iyun pada hari dan jam kerja (Senin-Sabtu) Jl. Kemang Utara IX/10, Jakarta Selatan 12760 Telp. (021) 7990357, 7982819 ● WA: 0877.5577.3580 www.reformedindonesia.ac.id ● reformed@idola.net.id
Foto dokumentasi kegiatan-kegiatan kampus STTRI bisa diakses di Galeri Foto yang tersedia dengan mengklik tautan-tautan yang ada di sebelah kiri halaman ini dan klik disini.
Masa Depan Pemikiran Teologi di Indonesia(26-3-2012)
Oleh: Pdt. Yakub Susabda, Ph.D.
Pendahuluan
Teologi adalah bahasa yang menyingkapkan konsep pemikiran manusia tentang Allah dan kebenaran-kebenaran-Nya. Allah adalah Allah yang "incomprehensible but knowable." Meskipun la tidak pernah terbelenggu dalam persepsi dan pemahaman manusia, la di dalam kerelaan anugerah-Nya telah memberikan diri-Nya untuk dikenali orang-orang percaya.
Natur dari pengenalan itu tidak pernah mandeg (berhenti), oleh sebab itu pertanyaan "bagaimana masa depan pemikiran teologi" adalah suatu pertanyaan yang tepat, bukan hanya untuk jaman ini tetapi juga untuk segala jaman. Umat Kristiani (yang eksistensinya "selalu berada di tengah jalan") harus selalu mempertanyakan pertanyaan tersebut. Bagaimanakah masa depan pemikiran teologi Kristen?
Sejarah menyingkapkan realita yang tidak sesuai dengan "ideal" yang baru saja disebutkan. Umat Kristiani selalu mengulang sejarah kesalahan dari umat Allah. Sama seperti umat Israel, mereka seringkali ingin kembali ke masa lampau (merindukan kehidupan di Mesir yaitu kehidupan umat tanpa pertanggungjawaban iman) atau kadangkadang bahkan menikmati "status quo" (merasa cukup puas dengan "oase" yang ditemukan di tengah jalan). Seringkali kita mendengar kata-kata: "Kalau pemikiran teologi yang sudah ada sudah cukup baik, mengapa perlu dipertanyakan atau diperbaharui lagi?"
Bicara tentang masa depan pemikiran teologi, umat Kristiani benar-benar menghadapi tantangan yang besar.
Pembahasan
Menurut pengamatan penulis saat ini, masa depan pemikiran teologi di Indonesia akan ditandai oleh beberapa gejala sbb:
1. Pengembangan pemikiran Teologi kontekstual makin diperlukan.
Teologi adalah pertanggungjawaban iman sesuai dengan keunikan pengalaman pribadi (menyangkut keunikan watak, temperamen, life structure dan pengalaman-pengalaman pribadi) dan keunikan pengalaman gereja (keunikan pengalaman pribadi-pribadi dalam interaksinya dengan sesamanya dalam konteks pertanggungjawaban bergereja) di tengah konteks kehidupan yang real.
Oleh sebab itu, perkembangan pemikiran teologi di Indonesia tidak seharusnya sama dengan perkembangan pemikiran teologi di Eropa (misalnya: abad XV-XVII), meskipun inti dasar prinsip-prinsip pergumulannya tidak seharusnya berbeda atau bertentangan.
Kita hidup di tengah konteks kebudayaan dan sikon Indonesia. Kita seharusnya dapat mengembangkan pemikiran teologi sebagai pertanggungjawaban iman kita di tengah situasi kondisi yang unik ini. Apa jawab kita dan apa panggilan Allah di tengah realita yang kita hadapi di Indonesia di akhir abad XX ini? Tanpa pengembangan teologi kontekstual (yang murni) gereja akan menjadi kumpulan orang yang berilusi dan atau berdelusi. Contoh teologi kontekstual:
a. Pemikiran teologi Pancasila.
b. Pemikiran teologi toleransi yang memungkinkan terciptanya dialog dengan sesama umat beragama.
c. Pemikiran teologi pertanggungjawaban di tengah konteks Bhineka Tunggal Ika.
d. Pemikiran teologi bisnis, urbanisasi, sosial, globalisasi, penggalian sumberdaya manusia, hubungan iman dan ilmu pengetahuan, teologi Pekabaran Injil di tengah konteks Indonesia, dan dalam menyongsong Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT, II th 1994-2019) kita perlu mengembangkan teologi pembangunan bangsa dan negara.
2. Perkembangan pemikiran teologi awam akan menjadi semakin tidak terkendali.
Kita berada di tengah proses transformasi bidang pendidikan yang terjadi di seluruh dunia dan dalam segala bidang. Perubahan tersebut pada dasarnya bergeser dari persepsi mengenai pendidikan sebagai kegiatan dalam menara gading ke arah pendidikan yang relevan dengan kehidupan kebutuhan masyarakat dan bahkan menjadi pelopor pembaharuan. Di tengah pergeseran dan proses perubahan ini, sekolah-sekolah tinggi teologi akan terpaksa memperbaharui kurikulum dan sistem evalusi studinya. Segi cognitif pendidikan teologi tetap akan mendapat prioritas yang tinggi, namun masalah integrasi antara teologi dengan kehidupan yang nyata akan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu pendidikan.
Kegagalan untuk dapat menempatkan diri di tengah proses sejarah ini akan menghasilkan keterkiliran/dysequilibrium yang menuntut suatu penyelesaian yang segera. Siapa yang berhasil sebagai pihak yang pertama masuk ke dalam arena, ialah yang akan mengarahkan seluruh pola berpikir jaman ini. Sebagai contoh:
a. Dalam dunia usaha
Kebutuhan akan tenaga-tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan-perusahaan akan telah memaksa perusahaan-perusahaan raksasa di dunia untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikannya sendiri. Tercatat lebih dari 25 perusahaan di Amerika yang telah melaksanakan pendidikan yang memberikan gelar. Perusahaan Wang (komputer), Northtrop dan Arthur Anderson telah memberikan gelar Master dan Rand Corporation memberikan gelar Ph.D. bukan hanya untuk karyawannya tetapi juga untuk umum. Tercatat lebih dari 400 kampus yang sekarang ini menjadi milik perusahaan-perusahaan raksasa seperti Xerox, IBM, Pfizer dan perusahaan-perusahaan Jepang. IBM saja telah menghabiskan US$ 700 juta setahun untuk pendidikan bagi karyawan-karyawannya.
Kesadaran akan pentingnya "pemenuhan kebutuhan masyarakat" telah menimbulkan trend dalam orientasi pendidikan-pendidikan tinggi jaman ini. Jaman ini usahawanusahawan yang berhasil telah dinilai sebagai pemimpin-pemimpin yang berhasil pula. Amerika tidak ragu-ragu mencalonkan seorang usahawan, Ross Perot, sebagai calon presiden dalam PEMILU yang baru lalu dan beberapa universitas telah berani mengangkat usahawan sebagai rektor mereka. Trinity University di San Antonio tiba-tiba telah menjadi 1 dari 10 besar hanya oleh karena rektornya diganti oleh seorang usahawan.
b. Dalam dunia kehidupan Kristiani
Keterlambatan sekolah-sekolah teologi untuk dapat mengembangkan pemikiran teologi yang sesuai dengan kebutuhan jamannya telah mengakibatkan kebangkitan pemikiran teologi awam yang "tak terkendali" di akhir abad XX ini. Munculnya teologi awam yang kacau (yang dimanifestasikan oleh gerakan kharismatik dengan segala ekses dari tafsiran-tafsiran Alkitabnya) akan semakin diakui sebagai salah satu teologi Kristen yang sah. Sebaliknya teologi Orthodox (Reformed, misalnya) yang tidak berhasil "memformulasikan dirinya" ke dalam bahasa jaman ini, akan menjadi "trademark" barang antik. yang diakui ketinggian nilainya tetapi sudah kehilangan fungsinya yang semula sebagai "suara Allah untuk jamannya."
3. Pengembangan pemikiran teologi makin lama makin menjadi bagian dari suatu profesionalisme
Akibatnya kemurnian pemikiran teologi yang pernah mencapai puncaknya di abad Renaissance dan Reformasi (1417 AD) hanya akan menjadi kenangan indah di masa lampau. Program pendidikan teologi dengan "academic degree" makin lama makin kehilangan kemurniannya. Sekarang ini, barangkali 6070 dari program studi Ph.D. di seluruh dunia tak lain daripada suatu "program studi profesional."
Lulusan pendidikan tinggi selama Repelita V, VI dan VII akan mengalami kenaikan sebesar 17-18% setahun. Pertumbuhan angkatan kerja tamatan universitas mengalami pertumbuhan 8,42% atau 42.000 orang per tahun dan sebagian besar tidak akan tertampung (akan menganggur). Makin lama lulusan SMA akan cenderung mencari bidang studi yang tidak sesuai dengan bakat/talenta yang Allah berikan padanya. Sebagian besar mahasiswa/i sekolah tinggi teologi adalah individu-individu yang memilih bidang studi teologi oleh karena terpaksa (tidak diterima di sekolah yang lain), atau oleh karena alasan security jaminan masa depan (job opportunity).
Daya tampung perguruan tinggi terhadap lulusan SMA juga semakin kecil. Tahun 1988, misalnya, ada 1.048.841 lulusan SMA dan yang diserap oleh Perguruan Tinggi hanya 13,4%, dan th 1990 dengan 1.131.067 lulusan SMA hanya 147.703 orang atau 13,05% yang tertampung di perguruan-perguruan tinggi. Akibatnya sekolah-sekolah tinggi teologi akan tetap "laku" tetapi kwalifikasi mahasiswa/inya akan mengalami kemerosotan (kalau Sekolah Tinggi Teologi [selanjutanya ditulis STT] tidak memiliki sistem penyeleksian yang baik).
Dengan demikian pengembangan pemikiran teologi di masa yang akan datang akan mengalami hambatan yang besar, dan sekarang ini sudah benar-benar mulai dirasakan. Sedikit sekali hamba-hamba Tuhan yang benar-benar qualified, dan di Indonesia kita belum menjumpai seorang teolog pun (yang betul-betul secara murni mengembangkan pemikiran teologinya secara sistematis). Masa depan pengembangan pemikiran teologi benar-benar.
4. Teolog kaum Injili akan dibangun di atas landasan "sectarian psychological structure"
Mengamati kehidupan dan perkembangan dari kelompok-kelompok "Injili" di Indonesia yang terpecah-belah (dimana pemimpin-pemimpinnya tidak dapat bekerja sama) kita sulit untuk bisa mengharapkan akan adanya pengembangan pemikiran teologi Injili di masa-masa yang akan datang. Konsorsium antar-STT Injili hanya akan menjadi teori yang kosong, karena masing-masing STT hanya berorientasi pada kepentingan "nama dan kebesaran" dirinya sendiri.
Hampir setiap STT Injiil di Indonesia berilusi bahwa sekolah mereka sendirilah yang "paling baik dan yang paling bisa diharapkan untuk pengembangan pemikiran teologi Injili" di Indonesia. Padahal dengan "popularity orientation" (orientasi yang sematamata pada nama dan jumlah) pengembangan pemikiran teologi tidak akan mendapat perhatian yang serius dan tidak akan pernah dikerjakan benar-benar.
Hampir setiap STT Injili tak mempunyai kader-kader untuk pengembangan pemikiran teologi. Yang ada hanyalah "pengikut-pengikut dari seorang pengkhotbah besar." Dan ini terjadi oleh karena kaum Injili selalu mendapatkan kader-kademya lewat sarana "penginjilan" dan bukan lewat “pendidikan gereja.” Akibatnya kalaupun mereka menyerahkan diri dan menjadi mahasiswa/i STT, mereka hanya mempunyai target studi dengan orientasi praktis, yaitu mengumpulkan bahan dan melatih diri untuk dapat menjadi “penginjil yang populer”, dan bukan untuk menjadi seorang teolog. Di tangan kaum Injili, STT berubah menjadi “akademi-akademi penginjilan.” Masa depan pengembangan pemikiran teologi Injili di Indonesia kabur. Gereja makin tidak berperan di tengah dunia oleh karena gereja tidak dapat memberikan sumbangan apa-apa kepada dunia dalam kebutuhan mereka.
Sumber:KonselingKristen.orgCatatan:
- Program gelar S.Th., M.Div., dan D.Min. yang dikhususkan untuk pelayan penggembalaan dalam konteks gereja lokal, dan program gelar M.Th., dan Doktoral (Ph.D., Th.D., dsb) yang diarahkan untuk pengembangan pemikiran teologi, harus dapat dibedakan secara jelas dari program MA untuk Mission dan Evangelization.
- Disampaikan dalam Konsultasi Teologi Peringatan ULTAH Pelayanan Pdt.Dr. Stephen Tong Jakarta, December 16,1992.